Redefinisi Kapitalisme
Tentu kawan–kawan tahu betul apa itu sistem iblis kapitalisme, buatan londo (dengan tidak mengotakan warna kulit). Ya, mari kita sama–sama mendefinisikan ulang hakiki kapitalisme yang sejauh ini ia berhasil membuat kita ogah berpikir tentangnya sekaligus seolah memberi rasa aman bagi kebanyakan umat manusia.
Kapitalisme adalah sebuah sistem global jahat yang diaktori segelintir orang pemilik modal besar. Tidak sukar membayangkannya. Perumpamaannya seperti ini, ada uang abang sayang, tak ada uang abang melayang.
Ia kemudian membentuk lingkaran setan yang rapat sehingga orang–orang di dalamnya sulit keluar karena seolah dimanjakan (padahal diperbudak) segelintir pemilik modal.
Ia melegitimasi penghisapan manusia atas manusia lain karena hanya cara tersebut yang ampuh mempertahankan eksistensinya.
Ia pintar, cerdas, tapi satu hal yang dapat menghancurkannya, ia licik dan culas.
Kepintarannya dapat dilihat dari bagaimana ia berperan sebagai tuhan ketika hamba mengemis, meminta kepadanya karena tidak tahu lagi harus berbuat apa.
Ya, mari kita masuk dalam lingkup ekonomi kapitalisme. Kasarnya seperti ini, daripada dapur kosong, tidak berasap, akhirnya hamba menuhankannya sembari bersabar dan berharap hari esok jauh lebih baik, padahal itu semua nihil jikalau kawan–kawan tidak frontal melawannya.
Kelicikan Humanisme Kapitalisme
Lebih jauh, konsep ekonomi tersebut melahirkan kelas–kelas sosial dalam masyarakat atau pengotakan status manusia. Dikotomi si kaya dan si miskin adalah manifestasinya.
Tidak berhenti di sini. Ironis ketika percabangan tersebut tidak lagi berperikemanusiaan. Yang kaya semakin merajalela, yang miskin semakin menjerit.
Kawan–kawan tahu bahwa idealnya kondisi tersebut dapat memunculkan kedermawanan. Ingat ! Pilantropis murni tanpa embel-embel bukanlah seorang kapitalis, walaupun kebanyakan orang menganggap mereka kapitalis. Ia tahu betul ketidakseimbangan ajaran kapitalisme dan kemudian memilih menjadi pilantropis.
Ia-kapitalisme melegalkan penghisapan yang dilakukan si kaya atas si miskin (baca: perbudakan). Sungguh sempit humanisme yang diartikulasikan kapitalisme. Bahkan perbudakan tersebut seolah dikondisikan terjadi dan bersifat tidak memaksa. Mengapa hal ini bisa terjadi ?
Kenyamanan semu perbudakan dalam lingkaran setan dapat menjadi sebuah jawaban.
Oleh karena itu, marilah sama-sama matangkan idealisme untuk keluar dari lingkaran tersebut walaupun terasa berat, lebih khusus bagi kapitalis muda mapan yang sudah merasa nyaman.
Kapitalisasi Pendidikan
Kapitalisme tidak segan–segan melebarkan sayap di dunia pendidikan, tentu dengan idealismenya bahwa kepemilikan modal adalah segalanya.
Ia berhasil mendisfungsikan esensi pendidikan, mensubstitusi ruang kelas menjadi sebuah perusahaan.
Bagaimana tidak ? Kawan-kawan dapat melihat kondisi saat ini, yang bersekolah hanya yang mampu membayar, bagaimana dengan yang ingin sekolah tetapi tidak mampu membayar ? Kenyataan di lapangan, mereka tidak dapat menikmati bahkan sekedar untuk mencicipi suasana ruang kelas.
Ya, itu tadi sekelumit tentang pra-ruang kelas. Sekarang bagaimana dengan yang sedang menikmati ruang kelas ?
Aura intelektualisme pun didistorsi menjadi sebuah rutinitas formalitas berbuah kemalasan kontinu. Memang hal tersebut merupakan pilihan masing-masing individu. Tetapi penting diingat ! Jikalau ruang kelas masih dipenuhi perasaan dan aktivitas yang “salah”, adalah mimpi di siang bolong melahirkan individu-individu berkualitas unggul. Akhirnya, peserta didik hanya mencari nilai tetapi tidak lagi memikirkan, memanifestasikan apalagi mensyukuri arti sebuah proses.
Lanjut dengan pascaruang kelas. Walhasil, lulusan ruang kelas pencari nilai akhir akan berpenyakit mental bahkan cenderung amoral. Di kemudian hari mereka enggan berpikir dan berusaha. Pragmatisme sempit akan melekat di masing-masing individu dengan meniadakan nilai-nilai murni yang dianugrahi di dalam diri. Korupsi adalah salah satu contoh sederhana.
Sungguh, hal-hal tersebut yang diinginkan kapitalisme. Sebuah bahan perenungan perihal agenda busuk kapitalisme.
Kontinuitas Pergerakan
Jadi, pergerakan radikal, frontal tanpa melupakan hal–hal fundamental adalah syarat mutlak menghancurkan eksistensinya-kapitalisme.
Aksi kolektif cerdas pemogokan kerja yang dilakukan kawan-kawan pekerja secara besar–besaran adalah salah satu cara membuatnya kebakaran jenggot walaupun tak sampai membuatnya mati.
Perlu sebuah kontinuitas sabar sembari melakukan pengecekan ulang terhadap infiltrasi yang dilakukan kapitalis dalam pergerakan (hal ini sangat penting demi menjaga kemurnian cita–cita pergerakan).
Mengapa pergerakan harus bersifat kolektif, cerdas, tulus, dan murni ? Ya, karena jikalau dilakukan tanpa konsep matang, anorganisir akan melahirkan pergerakan bersifat emosional saja, kemudian mengonsekuensikan sebuah stagnasi pergerakan yang tidak diharapkan.
Mari kawan, singsingkan lengan baju, kencangkan ikat pinggang dan jangan lupa rapatkan barisan !!!
Ingat ! Pergerakan emosional terorganisir tidak lebih baik ketimbang pergerakan cerdas terkonsep.
Dimulai dari diri sendiri, dimulai dari hal-hal kecil, dan dimulai saat ini !!!
Ayo, tunggu apa lagi !!! Bangun dari tidur panjang !!! Wujudkan impian !!! Bergerak !!
(Taken From http://anarchoi.gudbug.com/category/anti-kapitalisme/ )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar